photo cc532cee-48b0-4304-ab84-5f3a3fad823f.jpg  photo cc532cee-48b0-4304-ab84-5f3a3fad823f.jpg
 

Perbedaan Itu Indah

Setelah berpuasa 1bulan akhirnya saat yang dinanti telah tiba. Ya.. lebaran. Banyak tradisi lebaran di Negara kita, mulai dari mudik, nyumet mrecon, long bumbung sampai membuat balon udara. Tapi yang pasti adalah lebaran ajang untuk silahturami dan saling memaafkan. Inget lebaran inget suatu peristiwa unik sekaligus senang. Ini terjadi saat saya pulang dari jaga malam. Seperti biasa bagi temen atau staff yang non muslim akan mendapat tugas atau dinas sedangkan umat yang merayakannya akan mendapatkan libur untuk merayakan lebaran bersama keluarga. Nah saat itu saya sudah selesai dinas malam, makan opor ayam sama ketupat kiriman teman yang rumahnya tidak jauh dari tempat mereka bekerja. Setelah menyantapnya saya pulang. Diperjalanan tidak seperti biasanya, jalananan sepi. Mereka semua lagi sholad ied di masjid. Saat itu saya jalan kaki menuju tempat pembaringan yang setiap tahun musti bayar ke yang punya empunya rumah untuk meletakkan body yang sudah loyo ini akibat semalam sibuk pasien jelek (kondisinya). Dalam perjalanan saya melewati rute yang salah satunya harus melewati jembatan penyeberangan yang pas buat pejalanan kaki dan motor. Kalau ada motor papasan salah satu harus mengalah. Tidak jauh dari jembatan tadi tepatnya di seberang terdapat sebuah masjid besar. Pas saat mau melewati jembatan tadi ternyata mereka semua sudah selesai melakukan sholad ied. Wah rame nich pikirku dalam hati. Yo…owes saya menyeberang Ee…lha koq ndilalah saat mau menyeberang jembatan tadi ketemu teman yang kebetulan jalan lebih dulu dari rombongan orang yang keluar dari masjid. Ya saat itu tanpa basa basi saya salaman dan mengucapkan selamat idul fitri. Momen yang tepat nich buat mengucapkan maaf kepada teman. “Minal Aidin yo Kir, maaf lahir bathin”, sapa saya sambil mengulurkan tangan . “ Yo Mas podho-podho”, Jawab Kirnadi “Bar jogo bengi “, Tanya Kirnadi sambil masih menjabat tanganku. “ Iyo Kir”, jawabku. “ Yo owes dilanjut” sambil melepas tangan dan saya menepuk bahi kirinya. “Yuk, Yo Mas” jawab Kirnadi sambil senyum lebar. Rupanya cakap-cakap sama salaman dengan teman tadi terlihat banyak orang yang ada di belakangnya, sontak mereka juga menyalami saya. Lahir bathin Mas!, lahir bathin Pak! sapa mereka satu persatu. seperti efek karambol. Saya pun melayani mereka dengan sepenuh hati dan dengan wajah ceria tentunya. Kalau dihitung-hidung ada 40 an orang. Bayangkan opo ra garing unthuku, senyum terus. Waduuh jadi kayak artis ini pikirku. Sambil senyum ( mungkin kalau ada orang lihat mengira edan, senyam senyum dewe) . melanjutkan perjalanan pulang. Hali - wali, I don’t care!. itu mungkin jawaban kalau ada orang yang bertanya, “Koyo wong edan wae ngguya-ngguyu dewe”. Disaat badan sudah lesu begini terobati dengan sesuatu hal yang indah dan menyenangkan. Tapi itulah secuil pengalaman yang penuh berkesan dan berarti, suatu perbedaan menjadi sesuatu yang indah. Bukankah begitu?
Oh.. alangkah indahnya perbedaan. Slogan yang sekarang menjadi gembar-gembor pemerintah dan institusi terkait untuk menumbuhkan kerukunan yang mulai pudar di negeri ini. Selamat Hari Lebaran, Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan bathin buat teman-teman dan saudara-saudaraku semua yang merayakannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Facebook