photo cc532cee-48b0-4304-ab84-5f3a3fad823f.jpg  photo cc532cee-48b0-4304-ab84-5f3a3fad823f.jpg
 

Carbondioksida Atau Karbon Di Oksida

Hai sobat salam sejawat , salam hangat, salam kerabat, tapi aku bukan pejabat. Salam hangat, disini suhunya lagi panas-panasnya, bisa sampai 50 derajat siang hari. Makanya kalau beli telor disini ndak perlu dimasak, pulang dari warung di bawa ditengah jalan sampai rumah sudah setengah mateng tinggal dimakan pakai garam rasanya mak nyus! (gek-gek nggonaku yo setengah mateng, husss……saru!!!!) Mohon jangan baca tulisan ini bagi yang tidak berkepentingan dan sedang serius kerja, karena tulisan ini ndak ada bobotnya sama sekali, ndak seperti tulisan Mbak Indah yang selalu update dengan kemajuan keperawatan terutama malasah kepegawaian dan masalah honor, betul kan Mbak? Piss!!!.... Atau postingan Mbak Nina dengan kemajuan dan tehnik-tehnik terkini dibidang keperawatan. Tulisan ini sama sekali jauh dan tidak nyambung. Sesuai judul diatas, saya punya pengalaman menarik waktu masih kecil jaman taon lapanpuluhan awal. Ceritanya begini, hampir setiap bulan( nak setiap bulan), saya dapat dikiriman surat dari kakak yang bekerja di daerah kekuasaanya Jokowi dan Ahok sekarang. Kadang dalam kiriman hanya berisi selembar kertas dengan isinya keadaan ibukota serta bagaimana keadaan di desa, Simbok bapak sehat semua?. Kadang juga ada selembar kertas yang bisa ditukar dengan beras, telor gereh alias ikan asin yang dibungkus dengan selembar carbon. Tau kan karbon? Yang sekarang masih dibuat bikin dobel surat? Kayaknya????..... Nah dengan pengalaman seperti itu, setiap dapat surat, amplopnya saya kusek-kusek dulu, kalau bunyi kresek-kresek berarti ada selembar kertas dengan gambar rumah gadang. Hayo kira-kira berapa? Ya kalau di convert ke kurs sekarang ya kira-kira 5 milyar lahhh!!!!..... (busyet gede amat) Makanya dari itu, uang kiriman itu saya bisa seperti sekarang ini, banyak tawaran iming-iming dengan gaji dan jabatan yang mengiurkan saya tolak. Contohnya , ada tawaran untuk menjadi wakil rakyat saya tolak mateng-mateng (mentah ga enak dipangan). Pernah ada dari kader partai datang ke rumah mbujuki “Mbok ayo pak ikut kader nanti nyalonin jadi wakil rakyat”? Rayunya pada saat itu. “Wah pak punten sewu ya saya ndak mau, ndak pantes lagi pula saya nanti malah banyak musuh”. “Lho koq banyak musuh” , Tanya kader tadi. “Lha iyo tho, wong lugu, jujur seperti saya ini ndak akan didengerin oleh teman-teman yang disono”.. “Koq begitu pak”, Tanya lagi. “Lha sampeyan koq ndak ngerti, sekarang yang notabene wakil rakyat malah mlorotin, nyengsarin rakyat dengan ajang korupsi baik itu terselubung maupun terang-terangan dalihnya buwat rakyat, mbel”! “Nggih pun pak nyuwun pamit”, buru-buru pak kader tadi pamitan. O….nggih-nggih monggo ( ndang cepet mulih ndang apik dalam hatiku, ra ngusir iki lho?) Lahhh sampai mana tadi kita ceritane , koq malah ngalor ngidul. Balik ke leptop ( ehh salah) ke judul! Masalah carbon tadi.. Itu adalah pertama kalli kenal istilah karbon dan tau ujudnya bentuknya pas seperti ukuran kertas ada A4 ada F4 (bukan ef sì) group band asal Korea itu. Nahh saat itu saya menginjak kelas lima selokah dasar. Ada pelajaran IPA. Saat itu kalau ndak benar ada tentang system pernafasan. Guru saat itu menerangkan kalau kita bernafas menghirup udara yang kita hirup adalah Oxy????.......”Gen” jawab anak-anak kompak. Gampang kan sekolah jaman dulu. Cooba jaman sekarang PR kelas lima bapak mboke bisa ngerjain?... Dan yang kita keluarkan dari pernafasan banyak mengandung carbon dioksi????….”.da”, jawab murid-murid kompak. Selama pelajaran gue ( pakai gue sekarang, pernah hidup dijakarte!) mikir terus, CARBON gue tahu, bentuknya?, suka dapat kiriman hampir tiap bulan, kresek-kresek kalau dipegang. Terus DIOKSIDA itu di mana ya?. Sambil mikir clingak-clinguk lihat sekitar ruang sekolah, lihat langit-langit. “Hai ngopo clingak-clinguk”!, tiba-tiba dikagetkan suara dari depan gelas yang ternyata Pak Guru menegur saya. “Ndak pak, ndak apa-apa”, jawab saya sambil kaget jantung berdegup , kalau dihitung barang kali masuk golongan tachikardia. “Ngopo, ono sing bingung”? Maklum sekolah ndeso kadang-kadang pak guru bicara dalam bahasa Jawa juga. “Itu pak”!, carbon dioksida, CARBON nya saya tahu tapi ndak lihat terus DIOKSIDA itu dimana? “Apa maksudmu”, Tanya Guru lagi, “Bapak kan menjelaskan kalau kita menghembuskan nafas itu yang kita keluarkan adalah carbon dioksoda. Carbonnya mana oksida itu dimana”? coba saya menjelaskan. “O….. walah ini gara-gara kamu sering dapat surat dari kakakmu yang sering berisi karbon ya”? “Carbondioksida itu zat. Zat itu keluar dari sisa sisa pernafasan, ndak kasat mata, jangan diartikan leterleq ngono”? “Ya pak”!(**%$#@????), jawab saya singkat. Keterangan gambar : gambar adalah gereja St.Maria dan Joseph Rawaseneng, Temanggung, tempat dimana duduk dibangku SD, belajar tentang carbon dioksida.( sumber gambar: dari googling ignatius-magelang.info)

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Facebook