Cerita ini terjadi saat musim dingin hampIr tiga tahun yang
lalu. Dihembus semriwing angin musim dingin dirasakan sampai menusuk tulang.
![](http://2.bp.blogspot.com/-59tx_N-mxPE/UkAIDr_HpII/AAAAAAAADYk/-dFrG28zxsw/s200/IMG_20130919_152049.jpg)
Uh.. akhirnya selimut kusibakkan kulawan dinginnya musim
ini, kucari kaos kaki dilaci yang sudah kusut dan topi yang biasa buat ronda, namun karena ronda
sudah mulai disingkirkan, topi ini beralih fungsi ke penjahat-penjahat kelas
teri. Tak lupa pula sweater diskonan kupakai.
Kaki mulai melangkah ke dapur, ku cek apakah ada sesuatu
yang bisa dimasak, sepintas terikat, minggu kemarin kan habis dari Lulu
(hypermart) beli Gori (nangka muda) dan laos. Sebagai gambaran dua barang ini
susah didapat kalaupun ada harganya lumayan.
Akhirnya kukupas gori
tadi, sebetulnya belum bisa dibilang gori atau nangka muda karena masih kecil,
orang jawa bilang lebih tepatnya babal, karena memang ukurannya hanya sekepal.
Kukupas dan iris kecil-kecil, rencana mau dimasak dengan santen di campur ayam.
Bumbu semua kuracik mulai dari barang langka seperti Kemiri
sisa cuti tahun lalu masih ada, Ketumbar, garam, bawang merah bawang putih,
laos sedikit terasi, gula merah. Ini semua resep dari sang istri tercinta yang menjadi
konsultan masak selama ini.
Sambil ngulek bumbu terpikir, wah enak kalau bikin sambel
terasi, dan goreng ikan asin, mantap! Coba kucari apakah masih ada bahan-bahan
tersebut, oh… ternyata lengkap. sip !!.....pikir dalam hati.
Ayam kurembus dulu sampai matang dan mengeluarkan kaldu,
gori kemudian kumasukkan beserta bumbu yang terlebih dulu digoreng,,,, wuihhhh
wanginya, perut tambah keroncongan wae.
Sambil menunggu sayur masak, sambel terasi yang sudah
lengkap tadi ku blender, dan ku goreng. Ikan asin juga kugoreng. Untuk yang
satu ini harus hati-hati pastikan semua pintu tertutup, kalau tidak tetangga sebelah
bisa protes terutama orang Arab, karena mereka tidak makan ikan asin,
(katanya).
Wait!. ada yang kurang, ternyata santan belum ada,
kucari-cari dilaci, oh ternyata banyak bubuk berwarna putih, ada tiga atau
empat bungkus . waduh mana yang tepung santan, mana yang tepung gandum ini. Coba
dicium semua tak berbau, coba dipegang semua sama.
Akhirnya kuputuskan satu diantara 3 tadi, kutuang di gelas
besar dan dicampur dengan air dan ku aduk merata, sampai di sini belum ada
tanda-tanda mencurigakan, wah bener ini tepung santan.
Tiba-tiba pintu depan terbuka, krek….
"Wah wangi enak banget,
masak apa Mas"? Suara dari luar tadi
"O…ternyata Om Jon (panggilan kerennya) sudah datang dari
kerja pagi.
"Masak sayur Gori", jawabku singkat.
"Wah mantap mas, Enthuk
gori nang endi"? Sambil melepas sepatu dan kaos kakinya
"Minggu wingi nang Lulu bar mulih gereja sisan mampir".
"Ndelok mas", tiba-tiba dia masuk ke dapur
"Adus! Ganti baju sik, mambu pasien", jawabku
"Iyo,,,yo,,,yo", jawabnya sambil menuju kamar mandi.
Kulihat panci, air sudah mulai berkurang, saatnya kasih
santan yang sudah kuaduk tadi, kutuang pelan pelan. Setelah kutuang semua, ku
beresin semua barang-barang kotor sebentar lagi siap makan.
Kulihat lagi apakah santan sudah mulai mendidih, lho koq
seperti bubur!, semua lengket seperti
pasta jangan-jangan tadi bukan bubuk santan.
"Jon!!!..... teriakku,
iki apa" sambil membawa kantung plastic berisi bubuk putih.
"Oh..kuwi tepung kanji mas, arep gawe klepon!", jawabnya
"Memang kenapa?"
"Lha tak kiro santen, tak campur ke sayur gori"
"Terus?.."
"Delok en dewe", jawabku rodho mangkel
"Ha..ha..ha… " si Jon tertawa terbahak-bahak.
Mau diapakan ini sayur semua lengket , akhirnya ayam kuambil
satu demi satu terus kugoreng dengan tepung yang lebih dulu kupastikan dan ku cross
check dengan Jon. Gori yang beli mahal dan langka tadi terpaksa kubuang
"Piye Jon Enak?" Tanyaku sambil makan berdua
"Enak koq Mas", jawabnya dengan mulut komat-kamit penuh nasi.
Aku :??????/!!!!!???????
0 komentar:
Posting Komentar